Tuesday, January 28, 2014

5 Puisi

Sahabat
Kau datang di saat aku kesepian
 Bayangan di saat ada sinar
Dan sinar saat dalam bayangan
Kau selalu ada untukku
Tempatku berteduh dari segala masalah
Memeberi harapan untuk bangkit
Bangkit dari keterpurukan masa lalu
Sahabat, kumerindukanmu...

Cinta

Berawal dari benci jadi mencintai
Kau dating dengan sendirinya saat ku memandangnya
Mudah untuk diingat dan susah untuk dilupakan
Menyatukan dua orang yang berbeda
Tak memandang bulu, dating pada siapa saja
Cinta... Kau warnai hidupku..., butakan mataku...
Membuatku bersemangat tiap hari
Hanya untuk memandangnya
Dan “Menyatakan Cintaku Padanya”


Bencana

Dalam Hangat pelukan mentari.
Diri terbalut mendung keresahan.
Resah bila bumi tak sudi lagi dipijak.
Resah jika laut tak mampu lagi memikul airnya.
Resah jika gunung tak sanggup lagi berdiri tegak.

Air mata ini belum lagi kering.
Puing-puing derita masih tercicir disepanjang jalan.
Terdengar lagi jeritan saudaraku disana.
Terdengar lagi jeritan teman-temanku disana.
Terdengar lagi jeritan para sahabat-sahabatku disana.
Bencana, bencana dan bencana...
Tak henti-hentinya menggoreskan duka.

Keindahan Alam
Sawah mulai menguning
mentari menyambut datangnya pagi
ayam berkokok bersahutan
petani bersiap hendak ke sawah.

Padi yang hijau
siap untuk dipanen
petani bersuka ria
beramai – ramai memotong padi

Gemercik air sungai
begitu beningnya
bagaikan zamrud khatulistiwa
itulah alam desaku yang permai 

Ibu
Ibu kau mengandung 9 bulan
sampai engkau melahirkanku dengan susah paya
engkau merawatku sampai aku tumbuh besar
engkau juga merawatku tampa pamri
dan engkau juga merawatku dengan penuh kasih sayang

Ibu kau mengajariku berjalan sampai aku bisa berjalan
engkau juga mengajariku berbicara sampai aku bisa
Ibu kau bagaikan malaikatku
dikala aku sedih engkau selalu ada untuk menghiburku

Ibu.. aku juga merasa engkaulah pahlawanku
setiap aku kesusahan engkau selalu ada untuk membantuku
Ibu... bekerja keras
untuk menafkahiku
ibu... terima kasih atas pengorbananmu
yang engkau berikan kepada ku
Terimakasih Ibu...
“…I’m sick of the tension, sick of the hunger Sick of you acting like I owe you this. Find another place to feed your greed While I find a place to rest…”
Lagu A Place For My Head milik Linkin Park meraung-raung di telingaku. Saat ini aku duduk tepian tempat tidur dengan headset besar menempel di telinga.
Aku memandangi setiap sisi tembok secara bergantian, dimana poster-poster Mike Shinoda – dedengkot dari Linkin Park lengkap dengan rekan-rekan bermusiknya tertempel rapi.
Aku sama sekali tidak hapal kunci-kunci gitar, tanganku juga tak mahir memainkan piano. Bahkan aku hanya mengerti secuil dari arti lirik-lirik lagu berbahasa inggris yang dibawakan oleh band asal California ini.
Terdengar permainan gitar sebentar, kemudian lagu di telingaku berganti dengan alunan piano yang pelan. Tak berapa lama terdengarlah suara vokal Chester Bennington yang walaupun tidak berteriak, tapi tetap powerful.
“When you were standing in the wake of devastation. When you were waiting on the edge of the unknown. With the cataclysm raining down, insides crying save me now You were there and possibly alone…”
Orang awam pasti mengidentikkan Linkin Park dengan musik keras. Padahal masih banyak lagu Linkin Park yang bisa dinikmati oleh kakek-kakek sekalipun. Misalnya saja, Shadow of The Day, My December, Powerless dari album terbaru band itu, Iridescent yang sedang kudengar sekarang ini, dan masih banyak lagi.
Yah, itu hal yang wajar sih, orang terbiasa mengecap sesuatu dari apa yang mereka dengar dan lihat saja.
Aku jatuh cinta pada Linkin Park sejak dulu. Tapi aku tidak ingat kapan tepatnya. Yang jelas waktu itu aku sedang dalam tekanan, orangtuaku memasukanku ke Sekolah Sepak Bola. Meskipun dalam hati keberatan, aku mengiyakan permintaan mereka. Padahal sebenarnya aku ingin bermain musik. Tapi aku menyerah sebelum sempat mencobanya, demi orangtuaku.
Sekolah Sepak Bola  itu adalah neraka bagiku. Pelatih di sana sangat galak, dan karena aku selalu tertinggal dengan yang lain, maka orangtuaku tak henti-hentinya menekanku.
Sampai akhirnya aku mendengar lagu tersebut, atau lebih tepatnya membacanya. Ketika itu aku iseng membuka-buka majalah milik teman yang dibawa ke sekolah. Di salah satu halamannya terdapat lirik lagu Linkin Park, lengkap dengan kunci gitar dan terjemahan.
Lirik lagu tersebut sangat pas dengan suasana hatiku saat itu.
Kemudian aku pun diam-diam membeli album kedua Linkin Park yang memuat lagu tersebut. Aku mendengarkannya dengan walkman secara sembunyi-sembunyi. Teriakan Chester seolah terdengar seperti erangan yang mengerti perasaanku pada waktu itu. Membuat keberanian mulai tumbuh dalam diriku.
Aku yang awalnya penurut pun akhirnya mulai melakukan perlawan. Saat ada di SSB, aku tak mau menuruti apa yang pelatih katakan. Bahkan mengenakan baju dan sepatu futsal pun tak kulakukan. Di sana aku hanya duduk mematung. Tentu saja kedua orangtuaku kalang kabut. Mereka memarahiku, tapi aku hanya menanggapinya dengan diam.
Orangtuaku sempat menyelidiki apakah ada teman yang mempengaruhiku, tapi hasilnya nihil. Tentu saja, karena kawan-kawanku bahkan sangat antusias mempunyai teman calon penari balet. Ayah dan ibuku tak pernah tahu bahwa perlawanan itu terlahir karena musik.
Sampai akhirnya mereka mengurungku di kamar tanpa memberiku makan dan minum. Tapi aku tidak memohon-mohon untuk dikeluarkan, aku hanya diam sambil terus mendengarkan lagu-lagu Linkin Park. Rasa lapar dan ingin buang air kutahan sekuat tenaga. Sampai akhirnya orangtuaku menyerah, dan akhirnya mengeluarkanku.
Setelah aku dibebaskan, mereka sempat membujukku dengan halus untuk berlatih sepak bola lagi. Namun aku tetap diam, pokoknya aku tak mau menanggapi semua yang berhubungan dengan sepak bola. Baru setelah mereka bertanya apa yang kuinginkan, aku pun menjawab, “Pa, Ma, Aku mau nurut apa yang Mama sama Papa minta, asal Aku jangan dipaksa buat latihan sepak bola.”
Hati mereka pun akhirnya luluh. Mereka berdua tak pernah lagi memaksaku untuk berlatih. Meski kadang ibu menyindir mengenai hal itu, tapi aku selalu menanggapinya dengan cara yang sama, diam. Dan aku pun menepati janjiku untuk menjadi anak penurut, karena memang permintaan orangtuaku setelah itu tak ada yang membebaniku.
Yah, bukannya aku membenci sepak bola. Hanya saja aku tak bisa menikmatinya, seperti ketika orang yang tak bisa menikmati lagu keras Linkin Park.
Kumatikan pemutar musik digital seukuran flashdisk yang sedang kupegang, lalu kutanggalkan headset berukuran besar dari kepala. Setelah itu, aku pun berdiri dan berjalan mendekati meja belajar.
Kuambil sebuah bingkai yang tertelungkup di atas meja. Kuperhatikan foto dua sosok manusia yang saling berangkulan di dalam bingkai itu. Lelaki bertubuh tegap dan seorang gadis berambut panjang dengan lesung pipi. Keduanya tersenyum lebar. Lelaki itu adalah diriku, sedangkan gadis di sebelahnya adalah mantan pacarku.
Kata orang kami adalah pasangan yang sangat cocok. Selain sama-sama berpenampilan menarik, sifat kami bisa dibilang saling melengkapi. Nadia, mantanku, mempunyai watak keras kepala. Berkebalikan denganku yang kata orang pengalah dan penyabar.
Kami berdua jarang bertengkar. Tentu saja, karena aku selalu menuruti apa kemauannya. Ketika dia menyuruhku untuk menghapus akun Facebook dan Twitter, aku mengiyakannya. Waktu dia mengatakan harus membawanya saat bertemu dengan teman perempuan lain, aku menurut.
Namun semua berubah ketika Nadia mendapati diriku menyukai Linkin Park. Dia berkali-kali menasihatiku bahwa Linkin Park itu tidak cocok untuk diriku yang kalem, dan dia tidak mau aku menjadi lain karena mendengarnya.
Alasan yang tak masuk akal, aku sudah mendengarkan Linkin Park dari dulu. Jadi sangatlah tidak mungkin kalau aku berubah secara tiba-tiba. Pada awalnya aku diam saja, seperti ketika aku melawan orangtua. Tetapi lama kelamaan dia mulai kelewatan. Bila pergi bersama, pasti dia selalu membahas hal itu. Bahkan dia sampai menyita pemutar musik digitalku. Pokoknya dia tak mau aku mendengarkan Linkin Park.
Bayangan-bayangan ketika aku dipaksa untuk menjadi pemain sepak bola kembali lewat di otakku. Dan lama-lama aku sadar, Nadia menyukai diriku yang ada di dalam otaknya. Dia ingin aku menjadi sosok yang diinginkannya. Gadis itu tidak menyukaiku yang seperti ini.
Akhirnya perlawananku berubah menjadi bersuara. Aku pun mulai membalasnya jika dia mulai menyinggung mengenai Linkin Park. Tapi itu malah membuat kemarahan Nadia menjadi-jadi, dia menganggapku telah berubah. Hal yang menegaskan kalau dirinya tak bisa menerimaku apa adanya.
Puncaknya, aku pun memutuskan hubungan dengannya. Dua hari lalu Nadia menghubungiku lagi, kemudian kemarin dia menemuiku dan memintaku untuk menjalin hubungan kembali. Nadia bukanlah orang yang suka di gombali. Dia berjanji tidak akan mempermasalahkan selera musikku.
“This is not the end, this is not the beginning. Just a voice like a riot rocking every revision. But you listen to the tone, and the violent rhythm…”
Terdengar nyanyian rap ringan Mike Shinoda dari pemutar musik di mobilku. Lagu ini berjudul Waiting For the End, salah satu lagu Linkin Park yang tak terlalu menghentak dan kurasa bisa dinikmati semua orang. Akulah yang membawa flashdisk berisi lagu-lagu sejenis, agar aku bisa mendengarnya.
“Hmmm… aku baru tahu kalau Linkin Park punya lagu kayak gini,” gumam Nadia. “Kalau kamu dengernya lagu yang kayak gini, aku sih setuju aja.”
Huh? Setuju? Bukannya aku tak perlu meminta pendapatnya untuk mendengarkan musik yang aku suka? Dia kan masih bukan siapa-siapa untukku? Mungkinkah dia sangat yakin aku akan menerimanya kembali?

“Kita sebenernya mau kemana sih?” tanya Nadia,
“Nanti juga tahu,” jawabku sembari merekahkan senyum penuh arti kepadanya.
Nadia pun memandangiku sejenak dengan tatapan curiga, kemudian mengangkat bahu dan mengalihkan matanya ke jalan lagi.
Semua persiapan sudah beres, ini benar-benar kejutan terbesar untuk mantanku ini. Semoga dia bisa menerimanya.
“Kita parkir di gedung warna ungu yang di sana yah,” pintaku dengan jari menunjuk ke sebuah bangunan di kiri jalan.
Tanpa bertanya lagi, aku pun menghentikan mobilnya. Lalu kami berdua pun turun. Kuperhatikan wajah Nadia dengan seksama. Mulutnya menganga lebar dan matanya melotot melihat papan nama bangunan ini. Aku jadi geli melihatnya.
Nadia pun berkata, ”Jangan bilang kamu mau…”
“Yuk, masuk!” potongku sambil meraih tangannya, lalu menariknya untuk masuk ke bangunan itu.
“Kita pulang!” bentak Nadia sembari melepaskan tangannya dariku dengan kasar.
“Aku nggak mau pulang,” jawabku, kemudian berbalik menatapnya. “Dan kamu nggak bisa maksa aku, kamu nggak punya hak. Inget, kamu ini masih belum jadi siapa-siapa buatku.”
Setelah mengatakan hal itu, aku pun tersenyum lebar. Dan sebelum Nadia bisa memberikan sanggahan, aku menarik tangannya lagi. Kali ini Nadia tak melawan.
“Sejak kapan…”
“Simpen pertanyaannya buat entar,” potongku lagi.
Kami berdua pun akhirnya masuk ke dalam bangunan berwarna ungu itu. Aku tersenyum kepada gadis penjaga kasir di dekat pintu masuk. Gadis itu balas tersenyum dan menunjuk sebuah pintu hijau muda yang berjarak beberapa meter dari meja kasir.
Kupercepat langkahku dengan masih menggenggam tangan Hilman. Aku tak tahu ekspresi di wajahnya saat ini, apakah marah, sedih, atau bingung. Dan memang aku tak berniat mengeceknya.
Aku dan Nadia pun akhirnya berhenti di depan pintu. Kulirik mantan yang ada di sebelahku ini sejenak, ternyata dia sedang memegangi kening. Mimiknya tak bisa ditebak, tapi yang jelas wajahnya sekarang memerah.
“Semoga kamu bisa menikmatinya,” bisikku, lalu perlahan kudorong pegangan pintu tersebut.
Kami berdua pun melangkahkan kaki melewati pintu. Hilman berhenti dan melepaskan tanganku ketika baru berjalan beberapa langkah. Tapi aku tak peduli dan terus mengayunkan kaki.
Ada lima orang di ruangan ini selain aku dan Hilman. Empat orang laki-laki yang masing-masing memegang gitar elektrik, bass, turntables, dan drum. Dan seorang perempuan yang mengeusap-usap sebuah gitar. Ya, ini adalah studio musik dan mereka adalah teman satu bandku. Dengan aku sebagai vokalis, maka personel band ini berjumlah enam orang.
Aku menghampiri penyangga mic di tengah ruangan, kemudian berbalik untuk menatap Nadia lagi. Saat ini dia sedang memejamkan mata dan bibirnya tampak bergetar hebat.
Kujentikkan jariku, lalu tanpa berkata-kata, teman-teman bandku pun mulai memainkan alat musik masing-masing. Terdengarlah alunan irama yang bersahutan.
Ini adalah mimpiku, tujuan hidup yang akhirnya kudapatkan. Meski aku tak bisa memainkan alat musik, tapi anehnya aku punya bakat bernyanyi. Selama ini aku merahasiakannya kepada Hilman. Namun orangtuaku tahu, dan keduanya secara megejutkan mengizinkanku untuk melakukan ini.
Aku mendekati Nadia dengan membawa penyangga mic. Namun mantan pacarku itu masih enggan membuka mata. Tanpa basa-basi, aku pun mulai bernyanyi di depan mukanya.
“I’m tired of being what you want me to be. Feeling so faithless, lost under the surface. Don’t know what you’re expecting of me. Put under the pressure of walking in your shoes.”
“Caught in the undertow, just caught in the undertow…” Teman perempuanku yang memainkan gitar pun menyahut dengan sebait rap
“Every step that I take is another mistake to you…”
“Caught in the undertow, just caught in the undertow…”
“I’ve become so numb!”

Wednesday, January 15, 2014

ANALISIS PERANAN JAMUR ZYGOMYCOTA

1.      Tujuan: mengetahui peranan jamur zygomycota.
2.      Pokok permasalahan: apakah peranan jamur zygomycota?

Oleh: I Wayan Agung Krishnananda Sathyaputra/ X IPA-5/ 14

ZYGOMYCOTA

Zygomycota dikenal sebagai jamur zigospora (bentuk spora berdinding tebal). Zygomycota memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Hifa tidak bersekat dan bersifat koenositik (memiliki beberapa inti)
2.      Dinding sel tersusun dari kitin
3.      Reproduksi seksual dan aseksual
4.      Mempunyai hifa berfungsi untuk menyerap makanan, yang disebut rhizoid.

 Berikut beberapa contoh zygomycota antara lain:
1.      Rhizophus stolonifer, jamur roti
2.      Rhizophus oryzae,  jamur tempe
3.      Rhizophus nigricans, menghasilkan asam fumarat
4.      Mucor mucedo, hidup saprofit pada kotoran ternak dan sisa makanan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE2kpVDigTQpsI4oaK34QuQClBoroTQQNuLqpQj-bErDIJduoWbJt1Suh968X-Pd1VjGrLidWbZR7t3evbgFMUzf5JaoYUR25me3JELhbKxDTdXCNuewvgt7o5GTARbjqmGKnnbIAPWsq9/s320/fungi_rizopus.jpg



Peranan jamur zygomycota antara lain:
1. Sebagai dekomposer dalam tanah, serta berperan cukup besar dalam siklus arbon.
2. Berperan dalam simbiosis, antara lain Harpellales yang mendiami arthropoda (khususnya larva serangga air tawar) yang melekat pada lapisan khitin. Harpellales memperoleh nutrisi dari sisa pakan yang tidak dimanfaatkan oleh arthropoda. Karena jamur ini pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menguntungkan bagi hewan inang (arthropoda), maka interaksi diantara kedua jenis ini bersifat komensalis.
3. Bersifat pathogen pada serangga tertentu yang dapat menyebabkan wabah penyakit.
4. Beberapa jenis berguna dalam proses fermentasi, seperti Rhizopus olgosporus yang dimanfaatkan dalam pembuatan tempe, serta Actinomucor elegans di China untuk pembuatan keju atau sufu (Hesseltine 1991).
6. Dalam beberapa kasus, dapat menyebabkan infeksi oportunistik pada luka penderita diabetes,  infeksi virus serta dikompromi immuno-pasien (de Hoog dkk. 2000).
7. Beberapa jenis juga dapat menjadi parasit pada Amoeba.
8. Choanephora cucurbitarum dapat menyebabkan bunga cucurbita membusuk.
9. Rhizophus stoloniferus  hidup sebagai pengurai pada sisa bahan organik atau parasit pada tanaman ubi jalar. jamur ini juga dapat menyebabkan kerusakan pada bahan makanan seperti roti, nasi, wortel, jambu dan lain-lain.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8rSWq2Dez73XZcXaAp9i-0Y_oL0jCxHSZqyd_LFq99njs2v84i9GiLhfHuAgK3x366olddKH_pL8Z0sy_3-XxHGuVq7_UeiMEgOyycBjSYIPvc3D1ycgVhyWT3OfIJFyZIXw37-VT1ZI/s1600/Roti-Berjamur.jpg
Roti terkena Rhizopus stoloniferus
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCsbtH_rwW4FzytrT2JIyOPINs3CvLJEjH6G1lOvvPXTnKL5Cg-L1VQOuQCwDN7F2OBPh84stKNiad3BUTNnNAq7aTXO30hUfl8kE57Exl6zHCzkcJ_sk8OKj_I4nc0uboDhuJIpHMlf8/s320/15623350-tempe-is-traditional-food-of-java.jpg
Tempe
10.  Rhizophus oryzae / jamur tempe, sangat bermanfaat dalam proses fermentasi bahan makanan (dalam pembuatan tempe) sehingga dihasilkan asam-asam organic, seperti asam amino yang berguna bagi kesehatan kita.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_7iaqJkubf6eVq2AHFA1W-iGe7UQowilJEvyjjOCoACo3ndzBHev4jkQHCcjbQSOXdiSuaLnCtrLw1LsgeycbxscZq8zUtQB1zAjxX28ltzLYExxAyDOvH-nYTJ5bWIWo48_4Koce_Ns/s320/Mucor+mucedo+01.jpg
Mucor mucedo
11. Mucor mucedo berperansebagai decomposer karena hidupnya saprofit pada roti atau kotoran hewan.

Sumber:


Wednesday, January 8, 2014

Biografi Ku
          Hai, namaku Krishna. Nama lengkapku I Wayan Agung Krishnananda Sathyaputra. Orang tuaku bernama I Wayan Sumberartha dan Sri Suci Widayati. Saya lahir pada tanggal 5 April 2000 di RS Mardi Waluyo Malang. Saya berjenis kelamin laki-laki.
          Saya adalah anak pertama dari empat bersaudara. Saudara saya ada 3 dan semuanya laki-laki. Anak yang kedua bernama Dana, dia kelas 7 di SMP 4. Anak yang ketiga bernama Raka, dia kelas 5 di SD Lab UM. Dan anak yang keempat bernama Yoga, dia kelas 2 di SD Lab UM. Agama saya Hindu. Saya tinggal di Perum. Sari Madu Permai E-12, Wagir, Kab. Malang sejak tahun 2000 sampai sekarang.
          Pada saat waktu luang, saya sering bermain game dan menonton televisi. Selama liburan saya menghabiskan waktu untuk bermain game dan menonton televisi. Salah satu game yang saya sukai adalah Lost Saga. Lost Saga adalah semacam game online yang membuat seseorang kecanduan. Sekali bermain susah sekali untuk tidak main lagi dan suka membeli cash untuk beli paket hero maupun gear.
           Cita-cita saya menjadi seorang Ilmuwan karena saya suka dengan eksperimen. Karena itu saya menyukai pelajaran kimia dan biologi. Saat aku masih SD, aku sering bereksperimen dengan teman-teman sekelasku. Tetapi aku kurang suka membaca buku, aku lebih suka membaca buku yang bergambar supaya tidak mudah bosan.
          Saya bersekolah di Tk Lab UM selama dua tahun. Setelah itu saya bersekolah di SD Lab UM. Saya selalu masuk 10 besar di tiap semester. Kemudian saya melanjutkan bersekolah di SMP Lab UM. Ketika bersekolah saya selalu masuk 3 besar. Saat ini saya bersekolah di SMAN 8 Malang kelas X.

          Saya mengidolakan Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Saya mengidolakan mereka karena kehebatan mereka dalam permainan sepakbola. Mereka bermain seperti mesin pencetak gol andalan Real Madrid dan Barcelona.